Pada suatu ketika anda mungkin akan berpacaran dengan seseorang dan anda bisa jadi bukan pacar pertama pasangan anda. Dengan demikian keberadaan bekas pacar pasangan anda bisa mengganggu hubungan anda atau tidak. Di saat sudah terasa terganggu tentu anda tak mau tinggal diam. Apalagi bila bekas pacar pasangan anda main kucing – kucingan dengan anda, dan mencoba kontak dengan pasangan anda di belakang anda atau dia masih merasa sebagai figure penting buat pasangan anda.
Fiuuh….saya pusing dengan paragraf diatas karena terlalu banyak kata anda, tapi semoga anda tidak. Namun tentunya anda lebih pusing saat mengalami peristiwa yang saya gambarkan di atas.
Saya pernah mengalaminya. Baik sebagai mantan pacar yang masih merasa sok penting dan sebagai cowok yang terganggu oleh mantan dari pasangannya.
Sebagai orang yang sok penting terhadap mantan pacar, saya menyadari bahwa perasaan itu tidak penting dan tidak ada gunanya. Pada akhirnya masing – masing sibuk meneruskan hidup.
Sebagai orang yang terganggu karena bekas pacar pasangan masih merasa penting dan suka nongol gak jelas, tentu saya harus melakukan sesuatu. Tapi kali ini saya mau melakukan sesuatu dengan elegan. Saya menghindari percakapan langsung, supaya emosi tidak langsung terlibat. Maka saya memilih jalan aman, dengan sms. Berikut catatan sms berbalasan itu, beserta analisa saya:
(Saya)
Gw mo minta tolong lo, sbg sesama orang dewasa, jangan YM in cewek gw lg deh, soalnya ganggu bgt. Kalo boleh gw saranin, mending lo fokus aja ke masa depan lo ama cewek lo sekarang. Thanks atas pengertian lo.
Analisa:
Saya mencoba menggugah rasa kedewasaannya, lalu mengajukan permintaan. Lalu mengajukan sesuatu untuk mengalihkan perhatiannya dari pasangan saya.
(Bekas pacarnya)
Jiiaaah siap bro!,hapus aja ym gw skalian..gw cm mu tmenan aj salah ap??Ym an ma mantan gw yg laen gpp tuh ma cowoknya,demi tuhan gw ga ada mksd apa2,yauda klo emang gt gw ga ganggu kalian lg..gw jg da mu merit n mu undang cewek lo tp jd salah kyknya,thx.
Analisa:
Gaya bahasanya seperti ABG. Tetapi memang bahasa menunjukan kepribadiannya. Dia mencoba mengeksplorasi perasaan bersalah saya dengan ‘apa salahnya jadi teman’ dan bawa – bawa nama Tuhan bahwa dia punya niat baik, serta bumbu – bumbu undangan pernikahan.
(Saya)
Tenang bro, ym lo udah lama dihapus kok. Gw yakin temen lo banyak, gak cuma cewek gw, jadi ga usah kuatir ilang satu doang. Congrats deh kalo udah mo married. Kalo mo kasih undangan kirim aja lewat pos. Thanks.
Analisa:
Saya mencoba mengatur irama dengan kata tenang. Saya kasih tahu kalo usulannya bukan sesuatu yang baru. Saya sentil sedikit harga dirinya dengan keyakinan saya bahwa pasti dia punya banyak teman selain pasangan saya, jadi ga ada masalah kalo dia cuma kehilangan satu saja. Ini sebagai counter atas pernyataan ‘apa salahnya berteman’, saya balik jadi ‘ada masalah apa kalau gak berteman?’. Gak ada masalah, jadi ga perlu ribet maksa berteman.
(Bekas pacarnya)
Sip bro..kyknya berkah bgt buat lo dpt dia smpe sgitu ketakutannya bgt ma gw yg ga mgkn bs dkt walaupun cm tmen aja,jaga baik2lah dia..kyknya gw cancel aja tuk undang kalian,uda ga perlu jg.
Analisa:
Kali ini dia mulai menghangatkan psi-war. Dia menyerang ego saya dengan menyatakan saya ketakutan, dan menempatkan dia pada sisi superior dan saya sebagai inferiornya, plus ancaman pembatalan undangan.
(Saya)
Ok, bro. Tugas gw sbg cowoknya buat jagain dia. Thanks udah diingetin. Ketakutan sih enggak bro, cuma kebetulan gw agak risih kalo cewek gw msh bergaul ma temen2nya yang suka dugem dan nge-drugs. Jadi bukan cuma sama lo aja. Soal undangan terserah lo aja, lo yg punya gawe. Thanks.
Analisa:
Kalimat 1 – 3, saya pakai untuk menunjukan bahwa emosi saya masih stabil. Kemudian saya melakukan counter atas tudingan dia bahwa saya ketakutan dengan mengeksplorasi aib dirinya. Saya juga menunjukan bahwa dia bukan target tunggal, supaya dia tidak besar kepala. Dan soal undangan saya benar-benar tidak peduli.
(Bekas pacarnya)
Gud..cowok yg baik,uda 5 thn gw sama dia..skrg giliran lo,tenang aja dia uda ga akan neko2 kok bro..gw da sgt tau dia.
Analisa:
Dia mulai tahu bahwa saya menguasai data tentang diri dan aibnya, dia tidak melakukan counter atas hal itu. Dia mulai mengalihkan fokus pada keunggulan dia dibanding saya, yaitu durasi hubungan dan klaim bahwa dia lebih mengenal pasangan saya ketimbang saya sendiri. Sebenarnya ini adalah teknik yang sangat ‘old school’ bagi seorang mantan pacar untuk terlihat superior terhadap pacar baru mantannya. Piece of cake!
(Saya)
Thanks atas dukungannya. Walaupun gw ama dia blm selama lo, tapi gw liat secara pribadi dia udah berubah jauh lebih baik dari sebelum2nya. Good luck with your life. Wish U all the best.
Analisa:
Saya masih ingin menunjukan kestabilan emosi saya pada kalimat pertama. Kemudian saya balik keunggulan yang dia miliki menjadi tidak ada nilainya. Apa yang saya hasilkan dalam waktu yang lebih singkat lebih punya makna dibanding hitung-hitungan waktu yang dia miliki, lalu saya segel dengan ‘good wishes’, supaya dia pergi dan mengurusi urusannya sendiri.
(Bekas pacarnya)
Wah bgs d klo gt,..tq,u2 bro
Analisa:
Ini hanya basa basi saja. Dia sudah gak bisa bilang apa- apa lagi.
*****
Overall, saya puas dengan arah komunikasi ini. Dari awal sampai akhir saya memegang kendali dan keinginan saya supaya dia menyingkir telah tercapai. Sindiran – sindiran yang saya lemparkan dapat mengenai target. Bila ternyata kesimpulan saya ini salah, saya hanya bisa bilang: ‘mungkin otaknya sudah jadi bebal, akibat terlalu banyak mengkonsumsi obat-obat psikotropika’. Hmmm….
Diceritakan oleh:
Irwan Kamarga
Ditulis ulang oleh:
‘mulutmanisyangberbisa’
Komentar