Wanita Modern, Srikandi dan Sinta

26 11 2008

Pada
alam pikirku, terbersit dua tokoh dalam pewayangan, yang menarik
buat mengisi lamunanku tentang wanita.
Dua tokoh itu adalah
Srikandi dan Sinta. Tapi aku lebih suka membahas Sinta dahulu, karena
nama Sinta lebih dikenal umum ketimbang Srikandi. Tidak perlu
melibatkan A.C. Nielsen – yang suka bermain dengan statistik –
untuk mengetahui lebih banyak wanita yang bernama Sinta ketimbang
Srikandi.

Sinta,
istri Sri Rama dikenal sebagai sosok yang setia, dan gak neko –
neko
. Berperilaku baik sebagai seorang wanita dan seorang istri. Bahkan untuk membuktikan kesucian cintanya Sinta rela membakar
diri, supaya keharumannya menjadi nyata di hidung Sri Rama yang
tertutup upil berbau tengik. Sinta mewakili sosok wanita yang lembut,
penurut, tulus, berbudi halus, setia, penuh cinta, berbakti dan
berani mati. Tetapi dibalik itu tergambar juga Sinta sebagai sosok
yang menggantungkan kebahagiaannya pada Sri Rama. Wanita yang lemah,
selalu pasrah. Demi membangun kembali kepercayaan suami terhadap
dirinya, dia memutus nyawanya sendiri. Tidak ada kebahagiaan jika Sri
Rama tidak percaya akan cinta dan kesetiaannya, mati pun jadi tidak
rugi. Mengapa Sinta harus mati harapan saat Rama
meragukan cintanya? Kalo aku bisa mengembangkan ceritanya, akan aku
buat begini :

Sinta
berucap kepada Rama.

“What
is love without trust? I’m your faithful wife. You are the love of
my life.“

Rama
bersabda kepada Sinta.

You
have to prove it. Women are clever with words. You have been captured
by Rahwana for so long. It’s impossible that He did nothing to
you.”

“How
could you say that? What kind of woman do you think I am? I swear it.
He never touched me. I never let him. How could I prove it to you? “

Burn
yourself ! Jump into the fire. If I can smell
flower scent out from your fucking burned corpse, then all your words are true. But I doubt it.”

“But
I’ll be dead then. And what is good from a burned dead body? “

But
your love will still live in my heart, forever. That’s important
for me.”

“I’m
sick of you, Rama. I’m sick of your ego and your arrogant noble
attitude. Why is it always about you? I’m not going to jump into
the fire only for fulfilling your selfish demand. In fact, I want a
divorce.”

I’m
a king and a knight. My words should be obeyed. I will divorce you as
you have failed to prove your love and faithfulness to me.”

“Good
bye, my ex-husband. I used to love you, but not anymore. You are an
ego-maniac.”

Lalu
Sinta meninggalkan Rama, kemudian bertemu dengan seorang petani
tampan. Mereka menikah dan hidup bahagia dalam kesederhanaan yang
bersahaja. Sedangkan Rama juga menikah lagi, bahkan sampai 10 kali.
Tetapi tidak ada usia perkawinannya yang bertahan
lama, dan selalu berakhir dengan kematian istri – istrinya.
Mengapa? Apakah Rama mendapat kutukan sehingga istri – istrinya
mati semua? Tidak. Istri – istrinya mati membakar diri, setiap Rama
meragukan cinta dan kesetiaan mereka. Cinta memang membutuhkan
pengorbanan.

Jadi, Sinta bisa saja memilih orang lain yang lebih mempercayai dia,
yang mencintai dengan sederhana dan tidak harus mati karena cinta.
Apakah Sinta berkurang kemuliaannya bila dia menampik permintaan Rama
yang ego-sentris itu? Dan aku tetap berpikir mengapa masyarakat
memakai kiasan Rama & Sinta untuk menggambarkan pasangan sejoli,
sementara kisah cinta mereka berujung tragis oleh kesombongan dan
ketidakpercayaan Rama terhadap Sinta. Apakah lantaran budaya
patriarkal, yang berharap para wanitanya mau berkorban nyawa demi
lelakinya? Apa ini strategi pembodohan oleh lelaki terhadap wanita?

****************************************************************************************************

Srikandi,
merupakan ksatria wanita, ahli panah, salah seorang istri dari
Arjuna.
Mungkin bila digambarkan adalah
kebalikan dari Sinta. Tetapi bukan berarti Srikandi adalah wanita
nakal dan binal. Atau mungkin juga iya? Dia kan bukan satu –
satunya istri Arjuna. Mungkin Arjuna yang kegatelan, suka ngumbar
libido. Tapi toh Srikandi mau juga dipersunting Arjuna. Yang jelas
sosok Srikandi adalah sosok yang tangguh karena dikenal sebagai
ksatria wanita dan mampu hidup poligami. Banyak cerita yang
menggambarkan karakter Srikandi lebih dalam, tetapi kita dapat
menangkap bahwa Srikandi adalah wanita perkasa.

Lalu
mengapa Srikandi harus menjadi istri Arjuna? Dia tangguh dan perkasa,
dan pasti tak hanya Arjuna yang jatuh cinta kepadanya. Srikandi sudah
punya segalanya, menjadi seorang ksatria, jago memanah, dan hidupnya
di kalangan bangsawan. Mengapa harus Arjuna yang menaklukan hatinya?
Aku mempertanyakan apa yang Srikandi butuhkan dari seorang playboy
seperti Arjuna yang beristri banyak itu. Misalnya saja Srikandi
jatuh cinta dengan Cakil, sosok antagonis yang selalu ditempatkan
sebagai pecundang, pasti ceritanya jauh lebih menarik.

Arjuna Sasrabahu, sang pangeran cinta, kumbang penghisap madu, merayu
Srikandi untuk dipersuntingnya:

Adinda
Srikandi, dikau pujaan hatiku.
Parasmu nan
elok bak bunga mekar yang menggoda kumbang. Hatiku bergetar saat
menatap kedua matamu. Ujung panahku tak bisa menemukan sasarannya,
saat bayanganmu hadir di kepalaku. Aduh Adinda, kiranya diriku telah
jatuh cinta kepadamu.”

Terima
kasih Kakanda, atas pujian dan cintanya.
Namun
hamba tidak bisa menerima tawaran cinta Kakanda”.


”Mengapa kiranya wahai Srikandi nan jelita? Kita punya banyak
kesamaan, sama – sama jago manah, sekti mondroguno, anak bangsawan,
sejoli yang bakal bikin semua lelaki negeri Astinapura menjadi iri
hati.”


Maaf Kakanda Arjuna. Hatiku telah memilih, hatiku telah berpadu
cinta dengan seseorang. Despite semua kesamaan yang kita punya, which
is tidak menjamin kebahagiaan ada di antara cinta kita, aku telah
jatuh cinta pada seseorang terlebih dahulu.”


”Jahanam mana yang telah menaklukan hatimu? Pangeran darimana dia?
Haruskah kutaklukan negerinya untuk bisa memilikimu?”


Bukan seorang pangeran, Kakanda. Dia hanya jelata dari kalangan
raseksa. Namun dia telah benar – benar taubat, setelah mendengar
lagu : Andai Ku Tahu dari grup band Ungu. Dan aku tulus mencintainya.
Dia adalah…….Kangmas Cakil.”

Gandrik
! Jagad Dewa Bathara !
Lelucon apa ini,
Adinda?
Kalian seperti bumi dan langit,
kaki dan kepala. Apakah kamu tidak menyadari akan banyaknya usaha dan
pengorbanan untuk menyatukan perbedaan itu. Sebagai contoh saja,
berapa biaya yang harus kamu keluarkan untuk operasi plastik
rekonstruksi rahang dan gigi Cakil, supaya kamu bisa mencium cangkem
si Cakil tanpa terluka oleh rahangnya yang maju ke depan dan gigi –
giginya yang tajam?”


Itu adalah resiko dari pilihan hatiku, Kakanda Arjuna.”


”Menikahlah denganku Srikandi! Kau akan punya segalanya,  aku
adalah pangeran putra Pandu Dewanata, terlahir dengan kasta
terhormat, kekayaan dan cinta selalu menyertaiku, dan kau akan
menikmatinya secara berkelimpahan bila menjadi istriku.”


Sebagai ksatria wanita, aku adalah wanita yang mandiri, dan
tidak lagi mengejar materi. Aku seorang wanita karier, punya sekolah
memanah sendiri. Apa yang Kakanda tawarkan tidak menarik bagiku. Aku
sendiri sudah hidup berkecukupan. Aku hanya ingin mendapat cinta
sejatiku, yaitu  Kakang Cakil.”


”Dia cuma pecundang busuk, yang selalu kalah di setiap
pertempuran. Sedangkan aku ksatria sejati yang hidupnya tiada lengkap
tanpa cintamu.”


Tapi Kakang Cakil telah memenangkan hatiku, lagipula sampeyan
punya banyak istri. Aku anti poligami, Kakanda Arjuna!”


”Baiklah aku terima keputusanmu. Tapi ingatkan pada Cakil kekasihmu
itu, suatu saat bila aku bertemu dengannya akan kuhabisi nyawanya,
sehingga cintamu bisa kurengkuh.”


Sebelum engkau bisa menyakiti kekasihku, panahku akan menembus
jantungmu terlebih dahulu, Kakanda Arjuna !”


”Kita lihat saja nanti, ingsun pamit, Srikandi !”


Enyahlah !”

Kenyataanya Srikandi adalah istri Arjuna, dan Cakil tetaplah
pecundang. Seorang wanita tangguh seperti Srikandi memilih seorang
Arjuna yang ksatria juga, seseorang yang berkemampuan lebih. Bukankah
ketangguhannya berarti kemandirian ? Dan kemandiriannya berarti
kebebasan hatinya untuk memilih pasangan hidupnya dari kalangan
manapun tanpa perlu melihat status. Seseorang wanita yang lemah
mungkin akan memilih pria yang kuat untuk melengkapi hidupnya.
Mengapa seorang wanita yang kuat harus memilih pria yang kuat pula?
Tidakkah dengan kekuatan yang dimilikinya, dia berani menerima yang
lemah? Atau karena Cakil adalah produk gagal yang tidak punya PD
untuk bersanding dengan Srikandi ?

************************************************************************

Namun tidak ada cerita yang lebih menarik ketimbang kehidupan itu
sendiri, walau kehidupan malah tak ubahnya seperti cerita dalam
wayang.  Wanita dalam kehidupan ini, terutama dalam tataran budaya
timur, yang terkontaminasi kompleksitas kehidupan modern
kapitalistik, tak ubahnya antara Srikandi dan Sinta. Sama – sama
tidak berani mengambil resiko. Selalu memilih pilihan – pilihan
yang aman meskipun bersifat sementara. Walaupun emansipasi digembar –
gemborkan, kesetaraan diperjuangkan, tetap saja wanita memiliki
kecenderungan untuk menggantungkan kebahagiaannya kepada jenis lelaki
tertentu. Terlebih lagi soal kebahagiaan finansial. Materialisme
menjadi lebih identik dengan wanita ketimbang pria. Meskipun ada
wanita yang kuat secara finansial, mereka pasti juga mencari yang
punya kekayaan lebih lagi. Kalaupun ada yang sebaliknya,
prosentasenya terlalu kecil, sampai – sampai tidak berarti bila
diperbandingkan.

Selamat datang di dunia kapitalis ! Pria miskin, menangislah !

FACEBOOK Share