Bahasa Itu…

27 11 2008

Bahasa Itu…

Dia masih pakai bahasa itu…
Bahasa tanpa kosakata ‘meminta’ dan ‘tolong’. Di benaknya semua tersedia tanpa dia harus meminta. Di otaknya semua ada tanpa mengucap kata ‘tolong’. Cukup sedikit isyarat tentang apa yang diinginkannya, lalu orang – orang akan datang memberi, sukarela.

Superioritasnya atas orang lain sangat terasa tidak hanya pada tingkah laku, tapi juga tutur kata.  Suatu saat, sewaktu dia butuh tumpangan ke sebuah stasiun kereta, dia hanya berkata kepada kami, aku dan temanku, bahwa dia harus naik kereta jam 5 sore. Tentu saja kami berdua hanya tersenyum, karena kami tidak merasa berkewajiban memberinya tumpangan pun dia tidak meminta. Akibat tawaran tumpangan yang tak kunjung datang dia meninggalkan kami berdua, yang belakangan baru kami tahu kalau dia marah. Akhirnya kami membuang undi untuk menunjuk sukarelawan.

Belum lama, dia bilang padaku begini: “Aku lagi sakit nih…opname, jadi sekarang kamu punya alasan untuk nengok aku.”, alih – alih dia berkata: “Aku lagi sakit nih…opname, tolong tengokin aku donk.” Jadi dia memang tidak butuh ditengok, justru aku yang butuh nengok dia (pikirnya). Aku hanya bisa tersenyum mendengarnya, dan berpura – pura sibuk, tak punya waktu. Setidaknya sakitnya ringan, jadi memang tidak mendesak untuk ditengok.

Berbahasa ternyata tidak sekedar berucap. Berbahasa seperti berbusana, bisa menunjukan kepribadian pemakainya. Dan selayaknya seorang ratu mengenakan adi busana, dia memakai adi bahasa.

FACEBOOK Share