[release ulang tulisan lama]
Dan pertanyaan itupun bergulir. Saat itu aku dan Mika sedang makan di warung Kenari, yang setiap harinya penuh, terutama oleh gadis – gadis cantik, yang aku kira masih kuliah. Cowok juga ada, cuma segelintir.
“Kenapa sih sekarang cewek cantik tambah banyak, sementara cowok cakep makin dikit?” Tiba – tiba dia bertanya, diikuti kepalanya yang celingak – celinguk kiri kanan, seperti berusaha keras mencari pemandangan yang sejuk. Pertanyaan itu membuatku berhenti mengunyah, lalu sedikit mikir. Sedikit aja karena pertanyaannya gak ilmiah, jadi gak perlu mikir banyak – banyak. Paling tidak aku meyakinkan diriku dulu bahwa aku termasuk yang sedikit itu.
“Itu semua salahmu…salah kalian para wanita.” Suaraku agak keras, sengaja, supaya meja sebelah ikut dengerin.
“Salahku? Dimana peranku yang membuat mereka terancam punah? Justru aku gak ingin itu terjadi, supaya aku gak harus desperate cari pacar seperti sekarang, dodol !”.
Kalimat terakhirnya membuatku tersenyum, dan lebih tersenyum lagi ketika aku ingat memang dia lagi cari pacar. Delapan bulan telah lewat sejak dia didepak pacarnya yang juga teman kuliahku sendiri. Pacarnya yang juga temanku itu ninggalin Mika demi cewek lain, setelah mereka pacaran 6 tahun lebih. Bagian didepaknya sih kupikir bukan masalah buat Mika. Cuma yang bikin dia jengkel adalah timingnya. Kenapa setelah 6 tahun? Kenapa gak sebelumnya? Kenapa kamu meninggalkan aku saat aku sudah terlalu tua untuk cari pacar? Dia memang belum terlalu tua, umurnya baru juga 27 tahun. Tapi umur segitu sudah banyak yang malas untuk memulai lagi sebuah hubungan, apalagi masih harus melewati fase pacaran yang serba spekulatif dan penuh trial and error. Menambah daftar kejengkelannya adalah kenyataan bahwa sampai sekarang dia belum juga dapat pengganti, sementara bekas pacarnya yang temanku itu sudah berpeluk cium dengan seekor betina gak tau diri. Tapi ini semua cuma dugaanku, aku gak pernah tahu, dan gak berminat untuk tanya.
“Kamu tahu teori evolusi kan?”, tanyaku. Segera dia mengangguk.
“Semua makhluk hidup berevolusi mencari bentuk dan kondisi terbaik atas kebutuhan dirinya dan keadaan lingkungan tempat tinggalnya.” Matanya masih tertuju padaku, pertanda bahwa dia menyimak omonganku.
“Kamu tahu kenapa jerapah berleher panjang? Teorinya adalah hal ini disebabkan oleh alam yang menuntut demikian, supaya dia bisa makan pucuk – pucuk daun di tempat yang tinggi. Mungkin pada saat itu populasi herbivora sangat banyak, tidak seimbang dengan populasi rumput dan semak yang tersedia sehingga si jerapah ini selalu gak kebagian karena dia termasuk binatang yang lamban, dan yang tidak bisa diperebutkan lagi adalah pucuk daun yang tinggi, maka berevolusi lah tubuh jerapah ini dengan memanjangkan lehernya untuk meraih pucuk – pucuk daun itu, dengan demikian dia bisa bertahan hidup dan kehidupannya terus berjalan sampai sekarang”.
“Ya, aku pernah dengar itu”, timpalnya.
“Ada juga teori tentang kepunahan manusia purba Cro Magnon. Para manusia Cro Magnon punah karena tidak bisa beradaptasi dengan perubahan alam yang cukup ekstrim. Berbeda dengan Homo sapiens yang daya pikirnya lebih hebat, lebih maju. Homo sapiens lebih bisa menggunakan akalnya untuk mengatasi hambatan – hambatan hidup yang disebabkan oleh lingkungan tempat tinggalnya, dengan kata lain tingkat adaptabilitasnya lebih tinggi dibanding manusia Cro Magnon. Karena tidak bisa bersaing dengan Homo sapiens itulah maka manusia Cro Magnon jadi teralienasi, hingga tidak bisa bertahan dan akhirnya punah.” Selesai berkata segera kutarik nafas panjang dan segera kusedot es teh dengan pipet.
“Kalo yang itu aku baru denger, tapi aku tetep gak ngerti…apa hubungannya sama kepunahan cowok – cowok cakep? ” Mika menegaskan kembali pertanyaan besarnya.
“ Nah kepunahan itu bisa dijelaskan lewat teori-teori itu.” Sepotong tempe selesai kubelah di saat yang bersamaan aku selesai mengucapkan kalimat itu.
“Sekarang cewek lebih banyak yang membutuhkan cowok kaya ketimbang cowok ganteng, sedangkan cowok, baik ganteng maupun tidak, kaya maupun tidak, tetap dengan pola pikir tradisionalnya untuk mencari cewek cantik, jarang cowok yang mau menjamah cewek yang physically tidak menarik, sehingga ketersediaan cewek cantik sangat terbatas, karena peminatnya sangat banyak. Karena kondisi yang demikianlah yang menyebabkan spesies cowok dituntut berevolusi menjadi cowok kaya dengan kompensasi tidak ganteng, karena kegantengan tidak dibutuhkan lagi. Hal itu terjadi supaya bisa bertahan hidup dan berkembang biak. Dan mungkin pada akhirnya semua cowok akan berubah menjadi kaya dan tidak ganteng, sehingga pada saat itu terjadi, mustahil menemukan cowok ganteng, sama mustahilnya menemukan jerapah berleher pendek saat ini. Sementara itu cewek – cewek juga berevolusi menjadi cantik agar masih bisa berkembang biak dengan cowok kaya yang tidak ganteng, dan menghasilkan keturunan, laki – laki yang tidak ganteng seperti bapaknya, atau perempuan cantik seperti ibunya. Kalo toh keturunan mereka cowok ganteng kaya atau cewek tidak cantik kaya[1], populasinya tidak akan banyak. Keturunan jenis yang pertama[2] , adalah spesies minoritas superior, yang bisa bertahan hidup hanya untuk mengetahui bahwa kegantengannya adalah sebuah komoditas yang tidak lebih berharga dari sebuah mobil Jaguar, dan akhirnya jiwa dan raganya pun berevolusi. Keturunan jenis yang kedua[3], lebih menderita, karena harus memilih, tetap bertahan untuk punah atau mengikuti arus evolusi yang terjadi untuk tetap bertahan.” Aku menutup penjelasan itu dengan sebuah kepulan asap rokok yang keluar dari mulutku, “ Sejalan dengan teori evolusi itu maka terjadi juga evolusi di pihak cewek, menjadi cantik karena tuntutan alam yang demikian. Mereka tidak perlu kaya karena dengan kecantikan, kekayaan akan mendatangi mereka. Lebih mudah menjadi terlihat cantik ketimbang menjadi kaya….. ”
“Kultur pun menjadi salah satu katalisator terjadinya evolusi ini. Para laki – laki selalu tumbuh dengan doktrin bahwa dia harus bertanggung jawab, menafkahi istri, punya harga diri. Sementara perempuan selalu mendapat didikan untuk patuh pada suaminya, menggantungkan hidup pada suaminya. Coba apa kata orang bila lihat seorang laki – laki tidak bekerja, mengurus rumah, dan istrinya yang mencari uang? Jangankan seperti itu…walaupun sama – sama bekerja saja, jika si laki – laki berpenghasilan lebih rendah dari si istri, nuraninya mengharuskan dia untuk merasa malu, apalagi menggantungkan hidup sepenuhnya. Sementara jika sebaliknya, itu terjadi pada perempuan, maka ia terbebas dari rasa malu seperti yang dimiliki laki – laki.
Maka tumbuh subur lah cewek – cewek materialis kapitalis, tanpa halangan yang cukup berarti, berbeda dengan cowok materialis kapitalis yang nantinya akan mati tertimpa kemaluannya[4] sendiri. Dan untuk bisa menjadi cewek materialis kapitalis yang dibutuhkan adalah wajah dan body.
Bisa juga kita bilang cowok ganteng adaptabilitasnya lebih rendah dibandingkan dengan cowok kaya terhadap perubahan alam yang seperti ini[5]. Sehingga cowok ganteng tidak akan mendapat tempat untuk berkembang biak di bumi ini, karena cewek cantik yang diidamkanya memilih kawin dengan cowok kaya, sementara dia sendiri gak mau kawin sama cewek yang gak cantik. Inilah yang menyebabkan mereka terpinggirkan, sebuah awal dari kepunahan mereka, yang sebentar lagi akan datang. Sementara itu cowok kaya bisa lebih beradaptasi dengan kondisi ini. Meskipun mereka tidak ganteng, mereka punya cukup uang, mereka bisa menutupinya dengan mobil mewah, rumah mewah, dan perbendaharaan kemewahan lainnya, yang membuat teman wanitanya mabuk kepayang.
Intinya sama seperti apa yang terjadi dengan Cro Magnon dan Homo sapiens, cowok ganteng itu manusia purba (Cro Magnon) dan cowok kaya itu manusia modern (Homo sapiens).”
Penjelasanku berhenti sampai disini. Saat kupandang wajahnya, bola matanya sudah naik ke langit – langit, agaknya sedang mencerna kata – kata yang baru saja kuucapkan. Setelah turun bola matanya menghadapku, segera dia merespon, “Ow….jadi itu yang terjadi. Setahuku evolusi itu terjadi dalam rentang waktu yang sangat panjang, berarti kondisi ini sudah sangat lama terjadi?”.
“Yup, benar. Jujur deh… kalo kamu disuruh memilih antara cowok ganteng atau cowok kaya, kamu pilih yang kaya kan?” Kusidang dia di tempat, emang cuma polisi aja yang bisa. Aku cuma dapat senyuman dan anggukan darinya, penuh perasaan bersalah.
Tiba – tiba terdengar bunyi ribut dari alat makan yang dilemparkan ke atas piring dari meja sebelah. Kami berdua mengamati pelakunya, ternyata dua orang gadis, yang kalau aku tebak seumuran dengan temanku Mika ini. Dandanan mereka cukup bening buat mata lelaki, senang bisa punya kesempatan bertemu mereka. Mereka cantik walaupun tanpa riasan yang tebal. Aksesorisnya cukup simple, tidak terlalu ramai, tetapi tetap saja orang yang melihat bisa tahu bahwa barang – barang yang mereka pakai termasuk barang mahal, tanpa perlu bantuan paranormal sekalipun. Seperti dalam suasana yang serba terburu – buru mereka segera menghabiskan minuman, sedot habis, lalu cabut dengan langkah kaki panjang dan muka kecut. Aku dan Mika berpandang – pandangan, sepertinya mereka tersinggung dengan obrolan kami. Tapi tidak perlu aku merasa berdosa karena telah menyinggung perasaan mereka, sikap mereka aku anggap sebagai sikap mengamini teoriku tadi. Kenyataan memang pedih, Jendral !!… eh maksudku Girls!!!
“Evolusi ini akan terus bergulir sampai mencapai keadaan yang setimbang, atau sampai keadaan berubah”.
“Sebentar….tunggu dulu, cewek cantik tambah banyak sudah aku akui, tapi apa bener banyak cowok tambah kaya? Sebagai dampak dari evolusi itu harusnya terjadi kan?”, sergahnya.
“Loh, apa kamu gak lihat sekarang banyak mobil mewah berkeliaran di jalan. Jalan mulai macet itu karena populasi mobil bertambah secara signifikan. Penyebab macet adalah banyak mobil, banyak makan tempat ketimbang motor atau sepeda, ya toh? Setiap dilongok ke dalam kaca – kaca mobil itu pasti kamu temukan wanita cantik, dengan sopir pribadinya, merangkap suami, atau whatever lah. It’s true…!!”
“Ehmm…. Walaupun kedengarannya meyakinkan, tapi aku tetep anggap teorimu itu konyol.”
“He he…boleh aja kamu bilang konyol, kenyataannya toh kamu lebih milih cowok kaya ketimbang cowok ganteng…..weeek!”
“Dodol lu…!!”
Kehidupan tak pernah lepas dari evolusi, semakin keras dan kompetitif. Cinta sebagai bagian dari kehidupan turut pula berevolusi. Evolusi cinta telah berproses begitu panjang, tidak hanya mengubah pola pikir tentang cinta dan perilaku kita bercinta, tetapi juga fisik[6] kita untuk mendapat cinta.
Perempuan dituntut untuk menjadi cantik. Kecantikan yang hanya akan dinikmati oleh orang lain, sementara tubuhnya sendiri menderita oleh pisau bedah, jarum suntik, sedot lemak, obat – obatan pemutih kulit dan pelangsing tubuh, dan tumpukan silicon yang dijejalkan ke tubuhnya. Menyedihkan memang kalau kita baru bisa menyukai diri sendiri setelah lebih dulu orang lain menyukai diri kita. Ironi !
[1] Kaya dari bapaknya yang tidak ganteng itu.
[2] Cowok ganteng kaya
[3] Cewek gak cantik kaya
[4] Maksudnya rasa malu
[5] Lebih susah untuk menjadi kaya ketimbang memepertahankan kegantengan, makan tuh genteng, eh, ganteng !
[6] morfologi
FACEBOOK Share
Komentar