Cicakae Versus Buayaensis

11 11 2009

Saat ini sedang menyimak perseteruan akbar, antara KaPeKa dan Polrisi. Analogi cicak versus buaya digunakan untuk menggambarkan betapa kecilnya kekuatan KaPeKa dibanding besarnya kekuatan Polrisi. Media massa yang secara marathon menayangkan perkembangan kasus ini, memiliki kontribusi yang cukup besar dalam memberikan informasi kepada masyarakat seputar kasus ini. Willy The Wizard memanaskan pertempuran dengan pengakuan bahwa memang ada rekayasa untuk menjatuhkan pimpinan KaPeKa oleh petinggi Polrisi. Situasi terakhir membuat semakin kuat dukungan masyarakat kepada KaPeKa yang notabene hanya seekor cicak di mata seekor buaya. Namun dukungan besar inilah yang membuat buaya tak berdaya.

Saat ini sedang sibuk membahas sosok Martin Luther dengan dosen gila. Berawal dari ketidaksengajaan dosen gila nonton film Luther di salah satu stasiun tv lokal Belanda, sembari packing pindahan flat. Nah, perjuangan Luther menentang praktek indulgence Paus Leo X, sama juga seperti cicak versus buaya. Seorang biarawan, dengan latar belakang yang kurang meyakinkan namun berani menentang kebijakan sebuah institusi mapan. Namun cicak bukanlah makhluk tanpa daya. Dukungan terhadap Luther meluas seiring tersebarnya thesis Luther tentang konsep ‘Tuhan Maha Pengampun’ yang secara langsung menentang praktek indulgence oleh Roma. Akhirnya Luther memenangkan massa, terjadilah reformasi, dan lahirlah kaum Protestant.

Memperjuangkan kebenaran melawan sebuah kekuasaan tidaklah mudah. Bak cicak lawan buaya. Tapi kekuatan kecil itu ternyata dapat mengimbangi kekuatan besar, terlebih bila dapat memenangkan hati rakyat, dan berserah kepada pertolongan Tuhan. Mengutip pernyataan sikap Luther pada public hearing di Worm tanggal 25 Mei 1521, kata – kata yang memenangkan hati rakyat :

‘Unless I am convinced by the testimony of the Scriptures or by clear reason (for I do not trust either in the pope or in councils alone, since it is well known that they have often erred and contradicted themselves), I am bound by the Scriptures I have quoted and my conscience is captive to the Word of God. I cannot and will not recant anything, since it is neither safe nor right to go against conscience. May God help me. Amen.’ (Sumber: Wikipedia)

Special tribute: untuk dosen gila, seekor cicak yang saat ini sedang dalam perjuangan melawan buaya. Win the crowd !

icon_link